1000 pistol menembus baju drill guru,hingga mampus !

Guru, guru, dan guru,..
Entah alasan apa orang dahulu menamakan guru. Istilah Guru kemudian di otak-atik menjadi di gugu lan di tiru. Hal inilah yang membuat guru semakin terpojok dengan bebannya. Segala tingkahnya selalu 24 jam di awasi, meski diluar jam kerja. Ya,. karena label di gugu lan di tiru sudah melekat pada pribadinya. Hal ini kemudian dijadikan senjata ampuh bagi siapa saja untuk menuntut guru lebih berperilaku sopan, profesional dalam tugas dan harus mampu mneyelesaikan masalah apapun meski bukan bidangnya. Sekali lagi "MASALAH APAPUN !!".
Bicara realita saja, guru ketika jam istirahat, karena mempunyai sifat manusiawi kadang ingin ngopi di warung. Begitu orang tua siswa mengetahuinya, pasilah pikiran negatif yang timbul. Jam kerja colut lah, mangkir lah, sampai jurus Vonis di gugu lan di tiru pun ia lontarkan. Kalau sungkan sih, biasanya cari wali murud lainnya untuk minimal mengkritisi sampai darah penghabisan. "Mampus kau guru !" Ketika ujian nasional selesai ada beberapa siswa yang tidak lulus atau nilainya jelek, guru pasti di tuding menjadi Biang kerok kegagalan. Kebobrokan moral siswa lagi-lagi harus guru yang menanggung. Sebaliknya, jika siswa berhasil dengan prestasinya, si orang tua dengan bangganya bilang "INILAH ANAK SAYA, SIAPA DULU DONK ORANG TUANYA..."
Siswa yang kurang ajarpun sering kali mengajak duel guru jika nilai atau apalah yang sekiranya siswa merasa di rugikan. Memang akhir-akhir ini perlindungan anak sangat getol dilakukan. Di sinalh seseorang kadang salah menyikapi. Mereka bisa berbuat apa saja, termasuk menantang si guru. Nah, jika guru hilang kesabaran akan terpancing yang pada akhirnya lagi-lagi guru di tuntut atas nama perlindungan anak. sekali lagi "Mampus kau guru !". Ibarat hujaman bertubi-tubi guru seperti di tembak jarak dekat oleh ribuan masyarakat, atasan, belum lagi jika berurusan dengan polisi.
KITA TELAAH YANG BERIKUT INI,..
Bandingkan dengan pejabat atau pegawai lainnya. Mereka sama-sama mengabdi untuk negara. Pegawai kecamatan, perangkat desa, atau lainnya ketika jam kerja pun keluyuran, ada bebankah mereka ?? adakah masyarakat yang menilai dngan sekritis guru ?? berangkat kerja jam 9 (kadang banyak bolosnya sih) ? belum lagi kelakuan mereka yang beberapa oknum bertindak asusila, adakah sangsi tegas ?? adakah media yang terus terang menggembar-gemborkan ?? Hebatnya lagi, beberapa kasus menceritakan begini ; ada salah seorang siswa yang orang tuanya sebagai PNS di lingkungan pemerintahan. Ketika rapat sanagt getol mengkritisi guru, tetapi dia sendiri bekerja asal-asalan. dan saya rasa ini kebanyakan terjadi. sekali lagi banyak, mengkritisi habis-habisan tetapi dia enjoy dengan tingkahnya yang juga tidak profesional.
lha terus bagaimana ???
  1. Masyarakat, haruslah lebih dewasa. ingat guru bukan DEWA apalagi guru bukan manusia super.
  2. Semua elemen PNS atau bukan PNS, haruslah profesional, bekerjasama dalam kebaikan. Kritis boleh, mengemukakan pendapat haruslah dengan cara yang dewasa dan benar.
  3. Siswa, kalian adalah calon generasi bangsa. Fahami jati diri kalian dan jika kalian mempunyai pendapat atau suatu kebijalan guru yang tak kalian terima, sampaikan dengan cara benar.
 Semoga tulisan ini mampu menginspirasi semuanya untuk lebih memajukan pendidikan, bukan untuk saling menyalahkan. Karena peduli pendidikan bukan berarti mengkritisi dengan membabi buta tanpa cara yang benar. Salam pembebasan !!
Penulis : Muh Arif Efendi
untuk saudara-saudara yang muda yang bijaksana !!

Jangan lupa di like sebagai dukungan anda,  berikan komentar, kritik dan saran anda sebagi salah satu wujud kepedulian anda.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Berikan Komentar anda !