Keris Kyai Sengkelat adalah keris sakti ini diberi nama oleh oleh Sunan Kalijaga, yang dibuat oleh Ki Supa Mandrangi, seorang empu atau
pandai besi yang sangat ahli membuat keris.
Berbeda dengan keris lainnya, Keris Kyai Sengkelat dibuat dari bahan besi Akadiyat yang sangat langka dan tak biasa. Bahan besi ini tidak bisa ditempa dengan api, melainkan hanya dengan dipijat-pijat dengan tangan. Sehingga hanya Ki Supa Mandrangi yang memiliki kemampuan sakti untuk memijat bahan besi tersebut hingga menjadi keris yang indah dan berkualitas.
Keris Kyai Sengkelat memiliki warna kemerah-merahan
dan luk 13.
Warna merah melambangkan keberanian dan semangat
juang, sedangkan liuk 13 melambangkan jumlah wali yang menyebarkan Islam di
Jawa.
Keris ini juga memiliki tuah atau khasiat yang luar
biasa, yaitu bisa menangkap kilat dan mengusir wabah penyakit, hal ini pernah
digunakan untuk mengusir wabah penyakit yang menimpa kerajaan Majapahit pada
masa pemerintahan Prabu Brawijaya V.
Saat itu, Kerajaan Majapahit memiliki keris Kyai
Condong Campur yang merupakan keris pemersatu bangsa yang dibuat oleh 100 empu
dari berbagai daerah. Namun, dibuat dari besi yang
dihuni oleh makhluk-makhluk halus dan makhluk hitam, sehingga memiliki hawa negatif dan justru
menimbulkan wabah penyakit.
Keris Condong Campur yang awalnya bertujuan untuk mengatasi perselisihan antara
golongan atas dan golongan bawah di Majapahit, malah menimbulkan bencana wabah penyakit yang sangat ganas dan mematikan bagi rakyat dan kerajaan.
Banyak rakyat jelata yang meninggal karena sakit.
Bahkan putri kesayangan Prabu Brawijaya V, Ayu Sekar Kedaton, juga jatuh sakit
parah.
Prabu Brawijaya V sudah mencoba berbagai cara untuk
menyembuhkan putrinya dan menghentikan wabah tersebut, tetapi tidak berhasil,
bahkan sudah memanggil tabib dari berbagai Kerajaan lain.
Akhirnya, Prabu Brawijaya V meminta bantuan kepada
Sunan Kalijaga, salah satu wali yang dihormati oleh rakyat Majapahit.
Sunan Kalijaga datang ke istana Majapahit membawa keris Kyai Sengkelat. Ia mengeluarkan keris tersebut dari sarungnya dan mengayunkannya ke udara sambil berdoa kepada Allah. Tiba-tiba, langit menjadi gelap dan petir menyambar-nyambar. Kilat-kilat itu tertangkap oleh keris Kyai Sengkelat dan disalurkan ke tanah. Setelah itu, hujan turun dengan derasnya dan membersihkan udara dari kotoran dan penyakit. Sehingga wabah penyakit pun berakhir dan Prabu Brawijaya V sangat berterima kasih kepada Sunan Kalijaga. Namun, Sunan Kalijaga mengatakan bahwa ini semua atas pertolongan Allah SWT.
Disisi
lain Keris Kyai Sengkelat pernah menjadi pusaka Raja-raja Jawa.
Kisah
ini berawal setelah keris tersebut selesai dibuat oleh Ki Supa. Beliau
menyerahkan keris yang bariu selesai dibuatnya itu kepada Sunan Kalijaga. Namun
ternyata keris tersebut tidak cocok bagi ulama dan Sunan Kalijaga meminta Ki
Supa untuk menyimpannya dan berpesan agar nanti memberikan keris tersebut kepada
raja-raja Pulau Jawa.
Keberadaan
keris sakti Kyai Sengkelat diketahui oleh Raja Blambangan atau Siung Lautan. Ia
tahu bahwa seseorang yang memegang keris tersebut tidak akan terkalahkan dan
menjadi penguasa Jawa.
Selanjutnya Raja memanggil seorang pencuri sakti bernama Celuring. Ia diperintahkan oleh raja untuk mencuri keris Kyai Sengkelat dari genggaman Ki Supa. Keris Kyai Sengkelat ini dengan mudahnya jatuh berpindah langsung ke tangan Raja Blambangan. Karena telah berhasil mencuri keris tersebut, Celuring mendapat imbalan dari Raja dengan mengangkatnya sebagai patih di Blambangan.
Disisi
lain, Sunan Kalijaga mengetahui bahwa Celuring telah mencuri keris yang
membuatnya takjub itu. Selanjutnya ia memerintahkan Ki Supa agar dapat
mengambil kembali keris tersebut. karena Sunan Kalijaga khawatir akan terjadi
malapetaka apabila keris tersebut dipegang sembarang orang.
Ki
Supa berangkat ke Blambangan dengan menyamar dan mengganti namanya menjadi Ki
Pitrang. Sesampainya di Blambangan, ia bekerja pada Mpu Sarap, seorang pandai
besi wilayah Blambangan. Tetapi keahlian Ki Pitrang jauh lebih hebat dalam
membuat keris.
Seiring
waktu, akhirnya raja Blambangan mengetahui bahwa ada seseorang empu yaitu Ki pitrang yang
sangat ahli membuat keris. Ki Pitrang diminta untuk membuat keris yang serupa
dengan keris Kyai Sengkelat.
Singkat cerita, raja Blambangan memberikan keris Kyai Sengkelat sebagai contoh. Hal ini menjadi kesempatan bagi Ki Supa untuk membuat dua buah keris tiruan Kyai Sengkelat yang bentuknya mirip. Ki Supa juga berhasil menyimpan keris Kyai Sengkelat yang asli dan kembali menemui Sunan Kalijaga untuk menyerahkan keris tersebut.
Karena
kerja kerasnya tersebut, Ki Supa diangkat menjadi Adipati di Sedang Sedayu dan
dinikahkan dengan putri raja bernama Retna Sugiyah. Pernikahan tersebut
dikaruniai anak bernama Jaka Sura.
Anda dapat menonton video Kethoprak Keris EMPU SUPA KEMBAR dengan klik link berikut.
Setelah Sunan Kalijaga berhasil mendapatkan kembali keris Kyai Sengkelat, ia langsung menyerahkan keris tersebut kepada Adipati Natapraja untuk dibawa ke Palembang. Sunan Kalijaga memerintahkan Adipati Natapraja untuk memberikan kerisnya kepada Raden Patah, anak sulungnya. Raden Patah merupakan seorang anak dari Raja Brawijaya kerajaan Majapahit. Beliau juga yang akhirnya melahirkan raja-raja Jawa berikutnya.