Lokasi
situs Asem Legi berada di wilayah BKPH Rejuno pada petak 102e dengan luas 2,4
ha kelas Hutan LDTI . Atau berada di sebelah utara Kantor Desa Rejuno. Desa
Rejuno termasuk dalam wilayah Kecamatan Karangjati Kabupaten Ngawi Jawa Timur.
Untuk mencapai Desa Rejuno atau situs Asem Legi ini anda dapat melalui Rute
Jalan Raya Ngawi-Caruban dan setelah sampai pada Pasar Legundi (beberapa orang menyebutnya Pasar Pahing
Karangjati), berbelok ke arah utara hingga
anda akan bertemu dengan Pos Penjagaan Perhutani. Nah, sesampai pada Pos
Perhutani, berbelok kea rah timur 100 m. Di situlah lokasi situs Asem Legi.
Jika anda bingung, anda dapat menanyakan pada warga setempat. Untuk akses jalan
cukup lumayan bagus, karena kondisi jalan sudah beraspal.
Mengenai asal-usul atau sejarah
situs Asem Legi ini mempunyai beberapa versi. Namun, pada intinya sama. Bahwa,
di tempat inilah sang Harjuna melepaskan anak panah kepada Raja Raksasa (Buto),
karena raksasa tersebut sedang mencari korban untuk dimakan. Panah Sang Harjuna
yang memanah Raksasa Buto tersebut beberapa mengenai daun Jati (Pohon Jati Jawa)
yang menyebabkan daun-daun jati tersebut berlubang. Hingga kini, jenis pohon
jati tersebut pasti berlubang daunnya walaupun daunnnya masih kecil. Pohon Jati
dengan daun berlubang ini oleh masarakat sekitar disebut Jati Arjuno ( Jati
Harjuno). Keberadaan Pohon Jati Arjuno ini sekarang hanya tinggal beberapa
pohon saja dan tumbuh di wilayah hutan sekitar Kali Gedhe ( Kedung Gedhe ). Di Kedung
Gedhe inilah sang Raksasa Buto yang saat itu sedang berkaca di sungai ( Ngilo =
bahasa jawa ), sehingga tempat Ngilo/ berkaca ini disebut Dung lo.
Setelah dipanah berkali-kali oleh
Harjuno, sang Raksasa Buto akhirnya terkena anak panah tepat di punggungnya
tetapi tidak menancap dalam, darah menetes dan berceceran di tanah. Sang Raksasa
Buto meraung dan berlari dengan kondisi terpanah. Sepanjang jalan darah menetes
tersebut akhirnya menjadi cikal bakal daerah Lemah Abang. Sang Raksasa Buto
juga mempunyai kesaktian yang luar biasa dan tidak mudah untuk mati begitu
saja.
Sang Harjuna terus memburu Raksasa
tersebut dan mengejarnya sambil terus melepas anak panahnya. Beberapa anak
panah meleset dan mengenai batu padas. Batu yang terkena panah Arjuna seketika
pecah karena kesaktiannya. Tempat tersebut kemudian dinamakan Padas Pecah.
Tidak mudah memang untuk membunuh Raksasa Buto, hingga sang Harjuno pun
berfikir dengan cara apa lagi untuk membunuh Raksasa Buto ini. Tempat berfikir
(Nggalih = jawa) tersebut kemudian menjadi wilayah Sumber Galih.
Singkat
cerita, Raksasa Buto tersebut dapat terbunuh dan mati saat istirahat karena
kecapekan akibat terus dikejar-kejar oleh Harjuna. Saat istirahat berbaring
inilah sang Raksasa Buto di panah tepat dan akhirnya sang Raksasa pun mati.
Tempat terbunuhnya Raksasa Buto ini oleh masyarakat disebut sebagai wilayah
Desa Klino yang berasal dari kata (bahasa jawa) Lino / Leno = Mati / tidak
waspada.
Demikianlah, sejarah / asal-usul
Asem Legi Desa Rejuno. Memang menurut penuturan warga, dahulu setiap orang
jahat dan sakti berbadan besar itu disebut dengan Buto. Percayakah anda ? semua
kami kembalikan kepada anda semua, karena memang tanah jawa ini kaya akan
hal-hal mistis.
Setiap malam jum’at legi tempat ini banyak dikunjungi untuk
ngalap berkah. Karena konon, banyak Pusaka yang berada di tempat ini. Sebagian
orang beranggapan bahwa, sesuatu yang tidak terlihat itu mustahil dan bohong
belaka. Namun, kita harus akui bahwa sesuatu yang tidak terlihat itu adalah
memang kekurangan kita.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
artikel ini.
Sumber : Penuturan warga sekitar (Ibu Minuk), Pamflet Sejarah Asem Legi
Jangan lupa klik like, bagikan, dan
berikan komentar anda pada kolom komentar di bawah. Terima kasih.
Anda juga dapat menonton VIDEO SITUS ASEM LEGI dengan klik di sini.