Ada 4 komunitas yang menjadi penduduk
awal Ponorogo yakni :
Keluarga Pejabat/ punggawa Kerajaan Majapahit atau Keluarga Raden Bathara Katong
Keluarga dari Purworejo (Bagelen) yang merupakan keluarga dari Ibunda Raden Bathara Katong (Nyai Ageng Bagelen)
Santri Demak yang dikirim oleh Raden Patah ke Wilayah Ponorogo untuk menyebarkan agama Islam yang menurut beberapa catatan disebutkan berjumlah 40 keluarga
Orang-orang yang berasal dari Madura
Lantas, mengapa orang-orang madura datang ke Ponorogo ?
Raden Bathara Katong memang memiliki saudara Kandung yang menjadi pimpinan di wilayah Sumenep Madura.
Dalam catatan Babad Ponorogo disebutkan bahwa :
Raja Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit menikah dengan Puteri Bagelen Purworejo yang akhirnya menurunkan
- Raden Bathara Katong sebagai penguasa di Wilayah Ponorogo
- Raden Jaran Panole yang popular juga disebut Joko Thole sebagai penguasa di Wilayah Sumenep Madura.
Nah, catatan tersebut selaras dengan catatan Karya Raden Werdisastra dalam Babad Sumenep. Disana disebutkan bahwa Joko Thole berasal dari Kerajaan Majapahit yang kemudian tinggal di Sumenep. Joko Thole sendiri berarti Pangeran dari Jawa atau Pangeran dari Majapahit. Hal ini juga di kisahkan dalam Babad Tanah Jawi (Galuh Mataram) yang diterjemahkan oleh Dr. Soewito Santoso (1927).
Bukan orang Majapahit kalau tidak sakti mandraguna, begitu juga dengan Bathara Katong dan Joko Thole. Kuda tunggangan Joko Thole yang Bernama “Mega Remeng” konon dapat terbang ke angkasa dan berlari kencang seperti angin. Kemasyhuran Kesaktian Joko Thole sangat disegani baik kawan maupun lawan, sehingga Joko Thole juga dijuluki Raden Jaran Panole. Jaran yang berarti Kuda ini lantas di jadikan lambang Kabupaten Sumenep. Lambang Kuda Terbang ini menjadi kebanggaan warga.
Nah, karena persamaan lartar belakang Sejarah antara Ponorogo dan Madura inilah, yang seiring waktu membawa budaya. Termasuk baju tradisionalnya. Meskipun secara detail terdapat perbedaan, namun secara garis besar sama.
Sehingga tak heran garis merah dan putih yang melambangkan majapahit juga terbawa. Inilah keunikan sebuah seni dan budaya yang dalam perkembangannya akan mengalami akulturasi dan terus berkembang.
Lalu, apa bukti arkeologis bahwa orang-orang Madura ini berada di Ponorogo ?
Pada tahun 1486 Raden Bathara katong mendirikan Kota Ponorogo. Dalam catatan disebutkan, secara resmi Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496.
Raden Bathara Katong sebagai seseorang ahli politik berusaha menguatkan wilayahnya dengan mempersatukan 3 komunitas lainnya melalui perkawinan politik.
- Menikahi putri demak, hal ini untuk mempersatukan penduduk ponorogo yang berasal dari demak
- Menikah dengan Puteri Pamekasan Madura, untuk mempersatukan penduduk Ponorogo yang berasal dari Madura
- Menikah dengan puteri bagelen purworejo, untuk mempersatukan penduduk ponorogo yang berasal dari purworejo.
Disamping itu, Setelah berhasil mengalahkan Ki Ageng Kutu (Penguasa Surukubeng Kutu), Raden Bathara Katong menikahi Puteri Ki Ageng Kutu yang bernama Niken Gandini. Melalaui perkawinan Politik inilah semua penduduk Ponorogo menjadi satu untuk tidak terpecah belah.
bukti arkeologi bahwa orang-orang Madura tinggal di Ponorogo dapat kita saksikan pada kompleks Makam Setono, tepatnya di cungkup sebelah timur. Disanalah terdapat Makam Eyang Puteri Pamekasan Madura. Di dalam Cungkup tersebut berurutan makam ke empat istri Bathoro Katong. Mulai dari sisi barat Yakni ; Makam putri dari Demak, dari Bagelen, dari Pamekasan Madura dan paling timur merupakan makam Niken Gandini (putri Ki Ageng Kutu). Nah, bukti arkeologi inilah yang menjadi bukti bahwa orang-orang Madura memiliki keterkaitan dengan Ponorogo.
sudah terjawab kan, teka-teki mengapa antara Ponorogo dan Madura memiliki
kemiripan ?
Untuk lebih jelasnya, anda dapat menonton videonya di Youtube channel ASSAMEDA.
meski begitu, baju tradisional Ponorogo dan Madura sebenarnya memiliki perbedaan. Perbedaan Baju Ponorogo dan Madura tersebut dapat anda baca pada artikel berikut. KLIK DISINI !