Desa Getas Kecamatan
Kradenan Kabupaten Blora Jawa Tengah. Wilayah ini menyimpan
sejarah besar dalam perkembangan peradaban manusia. Situs candi Lemah duwur misalnya,
Bangunan Candi yang pada awalnya dianggap sebagai bangunan pemakaman ini
memiliki keunikan, yakni adanya Makara dan ukiran Medallion.
Makara adalah unsur
bangunan candi yang merupakan makhluk mitologi dalam kepercayaan hindu budha, dan
biasanya diletakkan disisi depan pintu masuk sebuah candi. Serta hal ini menunjukkan
bahwa ukuran candi ini, konon pastilah megah dan besar. Warga sekitar juga sering
menemukan benda-benda kuno secara tidak sengaja di sekitar candi ini.
Tak heran, konon tempat
ini menjadi sesuatu yang sakral dan angker oleh banyak orang, kami hingga 2 kali mengunjungi tempat ini karena seluruh dokumentasi kami hangus
tak berbekas, Hingga kami harus, menggelar ritual khusus untuk kulo nuwun.
Untuk mencapai lokasi,
kami melalui rute Ngawi-Pitu menuju wilayah hutan jati blora sisi selatan.
Kondisi jalan memang sangat ekstrim. Jika musim kemarau sangat berdebu, dan
jika musim penghujan akan lebih sangat licin dan benar-benar menguras energi.
Tetapi,
jalur desa cantel-getas lah satu-satunya rute jalan termudah yang bisa dilalui,
meski kami butuh waktu 2 jam dari Ngawi. Jalan ini hanya bisa dilalui dengan
sepeda motor atau truk.
Candi lemah duwur disebut juga candi Pakuwojo dan
masyarakat sekitar biasa menyebutnya Watu Jaran. Candi yang kini dalam kondisi
miris tak terawat ini, diambang kerusakan dan terancam hilang artefak dan
benda-benda kunonya. Candi ini diketemukan
secara tidak sengaja saat mencangkul di ladang tersebut pada tahun 1980-an.
Setelah tahun 2015, barulah di didirkan cungkup untuk melindunginya. Namun kini
cungkup atau bangunan beratap itu telah rusak dan ambruk. Dahulu memang banyak
sekali benda-benda kuno dan artefak ditemukan disini. Batu-batu berukuran besar
yang merupakan bagian candi juga ditemukan. Namun, seiring waktu artefak-artefak
kuno ini banyak yang hilang dan rusak.
Tempat ini konon juga
dianggap angker karena diduga sebuah pemakaman, namun, ternyata setelah diteliti
adalah bangunan candi yang besar dan megah sebagai tempat pemujaan.kami memang banyak
menemukan pecahan bongkahan batu-batu kuno bekas candi yang berserakan di
sekitar lokasi. Hal ini menguatkan dugaan bahwa, kemungkinan besar candi ini
dahulu benar-benar megah, meski terbuat dari batu lokal.
Dugaan bahwa candi ini
konon megah dan besar, dikuatkan dengan adanya makara yang masih nampak terlihat
jelas. Makara merupakan unsur
bangunan Candi, biasanya diletakkan disisi depan pintu masuk. Makara adalah makhluk dalam Mitologi Hindu
atau Buddha, yang digambarkan sebagai kombinasi antara Ikan dan gajah yang
dikenal dengan Gajahmina dengan variasi tertentu dengan mulut terbuka
lebar. Wujud hewan Gajah masih
terlihat jelas dengan bentuk belalai dengan ujung ukel. Ukiran mata terbuka dan
mulut yang menganga. Adanya Ukiran berupa Insang sebagai gambaran dari binatang
ikan pada samping kiri dibagian belakang telinga. Sebuah Makara yang
lengkap mempunyai hiasan ukiran pendamping yang berada di samping yang dapat
berupa ukiran manusia, dan bunga. Salah satu yang istimewa pada Situs candi
lemah duwur ini adalah adanya sebuah ukiran bentuk Medallion di
sebelah belakang Makara.
Medallion ini berupa
Lingkaran dengan bentuk tumbuh-tumbuhan atau sebuah bunga. Yang hanya ditemukan
kemiripan pada medallion candi Kalasan. Penyandingan ini bertujuan menggugah semangat para
peneliti, pecinta sejarah serta pihak terkait untuk mengungkap misteri candi
lemah duwur ini. Jika, dugaan candi lemah duwur ini besar dan megah ternyata
benar, betapa miris akan kondisinya sekarang apalagi dikemudian hari, jika
tidak segera diselamatkan.
Warga juga mengisahkan tentang dahulu banyak
ditemukan emas perhiasan di lokasi itu. Batu-batu besar juga. Ada yang mirip
jaran atau kuda yang besar. Namun sekarang hilang, rusak atau hancur. Hilang karena
dicuri dan dijual oleh oknum, rusak dan hancur karena kurangnya perawatan dan
perlindungan dari pengaruh cuaca. Warga menambahkan bahwa, banyak kejadian membawa
benda dari lokasi itu pastilah akan sakit parah, meninggal ataupun terkena
kutukan.
Di wilayah
ini juga terdapat prasasti batu tulis yang terpahat RAGANAYA atau RAGADAYA yang
juga dapat berarti 1269 Saka atau 1347 M. Sayangnya, prasasti ini
terjadi \ pengrusakan yakni dengan mencorat-coret dengan menambah tulisan lain. Mengaburkan gambar
matahari dengan gambar bulan serta hilangnya tembikar-tembikar halus di sekitar
prasasti ini. Warga sekitar menyebut
prasasti ini dengan Watu Tulis atau Batu Tulis. Bangunan cungkup yang
melindungi prasasti ini juga sudah mulai rusak dengan kondisi genting yang
pecah.Disebelah batu tulis ini
juga terdapat batu lain yang lebih pendek, besar kemungkinan batu ini telah
pecah atau patah. Sehingga tulisan yang terpahat tak lagi ditemukan. Keberadaan Prasasti ini
menurut warga memang tak tahu pasti kapan diketemukan. Karena batu ini telah ada sejak lama. Terlebih Desa
Getas sendiri berada di tengah hutan dengan medan jalan yang sangat ekstrim,
sekitar 60 kilometer dari pusat kota blora. Hal ini, menjadikan peneliti maupun
pecinta sejarah kesulitan untuk banyak mencari sumber atau mengaksesnya.
Situs Candi Lemah Duwur dan Prasasti Genjeng meninggalkan hikmah bahwa perlunya menjaga dan merawat
keberadaan benda purbakala sebagai media pembelajaran betapa sangat berartinya nilai
sejarah bagi jati diri generasi penerus. Bukan berarti melestarikan kesyirikan,
namun goresan sejarah menjadikan tamparan bahwa kita hidup pada zaman sekarang
adalah karena adanya sejarah di masa lampau dan kita harus mengambil hikmah dan
pesan dari sejarah itu sendiri.