Petilasan Paku Alam di Ngawi dan Pohon Jati Raksasa di Dusun Pakulan Rejuno

Paku Alam adalah seorang tokoh dari kerajaan Mataram di Yogyakarta. Tokoh yang terkenal akan kesaktian dan konsistensinya untuk tidak mau diajak bekerja sama dengan Belanda dalam hal menguasai kekayaan alam nusantara. Belanda yang terkenal dengan akal liciknya mencoba mempengaruhi Paku Alam agar tergoda akan rayuan. Namun, Paku Alam tetap menolak untuk mengkhianati bangsanya sendiri. 
Merasa kesal, Belanda mengancam membunuh Paku Alam dengan senapan dan berbagai strategi. Tak mudah untuk membunuh seorang Paku Alam. Maka, Belanda menemukan cara untuk membunuh Paku Alam yakni dengan menyiapkan peluru emas agar dapat menembus tubuh Paku Alam. Paku Alam akhirnya meloloskan diri ke hutan dan sampailah di wilayah Ngawi sebelah Timur. Tepatnya di Desa Rejuno Kecamatan Karangjati Kabupaten Ngawi. Disinilah Paku Alam dan beberapa abdinya menyembunyikan jati dirinya. Di bawah Pohon Jati yang sangat besar, Paku Alam menepi. Hingga menurut kisah, Paku Alam hilang secara tak kasat mata. 
Tempat beristirahat Paku Alam ini oleh masyarakat disebut Petilasan Paku Alam yang populer disebut Petilasan Jati Mboja. Lidah orang jawa yang sering mengucap Paku Alam dengan Pakulan telah membuat wilayah ini dikenal dengan Dusun Pakulan.
Di Petilasan Jati Mboja ini, terdapat pohon jatiyang berukuran raksasa. Jika anda merangkulnya maka anda tak dapat menggapai sisi-sisinya karena diameter dari pohon jati yang sangat besar dan menjulang tinggi. Pohon Jati mbah Mboja begitu sebutannya. Di bawah pohon jati ini terdapat seperti makam yang oleh warga dianggap sebagai petilasan Paku Alam.
Nah, berikut ini adalah video dari Petilasan Paku Alam yang ada di Ngawi


Keywords :
Asal-usul Pakulan
Asal-usul Rejuno
Pohon Jati Besar
Pohon Jati Unik
Pohon Jati Aneh
Sejarah Paku Alam di Ngawi
Petilasan Paku Alam
Jejak Paku Alam
Makam Mbah Mboja
Mbah Mbojo
Jati Arjuna

Keunikan Lumpang Kentheng " Batu Lumpang yang tidak bisa dipindahkan " di Desa Bringin Kabupaten Ngawi

Lumpang adalah sebuah alat yang terbuat dari batu atau kayu berlubang tengah yang digunakan untuk menumbuk padi. Pasangan dari lumpang ini adalah Alu. Namun, Batu Lumpang yang ada di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi ini memiliki keunikan. Lumpang Batu ini telah ada ratusan tahun yang lalu. Lumpang batu ini terdiri dari dua buah yang berada di sisi kanan dan kiri jalan. Namun, menurut warga setempat Lumpang batu yang bertuah adalah lumpang batu yang berada di sebelah timur jalan.
Menurut Mbah Suminem yang juga warga setempat menuturkan "Konon memang lumpang batu ini bermaksud untuk dipindahkan dan dirawat salah seorang warga, tetapi keesokan harinya lumpang batu ini kembali ke tempat semula".  Lumpang batu ini menurutnya tidak digunakan untuk menumbuk padi atau beras dan sejenisnya, tetapi digunakan untuk upacara adat nenek moyang pada zaman dahulu. "Lumpang ini konon berukuran lebih kecil, tetapi seiring waktu berubah menjadi besar dan sekarang sudah tidak bisa berubah ukuran lagi", imbuhnya.

Setiap tahun, di lokasi ini juga menggelar acara selamatan ketika musim tanam tiba. Hal ini dilakukan sebagai rasa syukur dan permohonan kepada Sang Pencipta agar diberikan keberkahan dan dijauhkan dari bencana. Biasanya, acara ini digelar pada saat hari Jum'at Pahing dengan diikuti semua warga.
Senada dengan hal itu, Pak Damin juga menuturkan bahwa kemungkinan lumpang ini sudah ada sejak zaman kerajaan jawa.  Beberapa orang juga sering nyekar atau memberikan bunga di lokasi ini dengan tujuan ngalap berkah kepada Tuhan.
Dahulu memang tak banyak orang mengetahui keberadaan dua buah lumpang ini, karena sekilas nampak tidak begitu kelihatan. Mengingat Lumpang Batu ini termasuk situs kekayaan budaya yang sangat berharga, Pemerintah Desa setempat berinisiatif memugar dan membangun lokasi ini agar tetap terpelihara dan terawat. Sehingga anak cucu dan generasi mendatang mengetahui sejarahnya. Terlebih lagi seiring modernisasi menggerus nilai-nilai moral dan budaya asli.
Berikut ini adalah link Video Lumpang Kentheng atau Lumpang Batu di Kabupaten Ngawi



Jumlah Lumpang Kentheng atau Lumpang Batu yang tersebar di Pulau Jawa memang banyak sekali. Namun, hal tersebut juga tak lepas dari maraknya pencurian dan perdagangan benda-benda kuno bersejarah. Maka perlu kesadaran dari kita semua untuk menjaga warisan budaya dan kekayaan tradisi agar tetap lestari.
Jangan lupa berikan komentar, kritik dan sarannya pada kolom di bawah, agar menuju lebih baik.

Puluhan Batu Arca Hilang di Situs Gunung Reco Kec. Kasreman Kabupaten Ngawi "Bertanda Patok VOC Zaman Belanda"

Gunung Reco, adalah sebuah lokasi yang termasuk dalam wilayah Desa Kasreman Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. Di Gunung ini konon ditemukan banyak patung-patung / arca Budha yang menurut beberapa sumber merupakan peninggalan kejayaan masa Hindu-Budha. Sehingga tak aneh jika tempat ini di sebut Gunung Reco, mengingat secara istilah Reco berarti Arca.




Dibawah kaki guung terdapat sebuah pundhen (tempat sesembahan) yang oleh masyarakat disebut Pundhen Mbah Budha. Disini terdapat tiga buah patung arca Budha yang hingga sekarang hanya tersisa satu buah. hal ini karena maraknya pencurian arca-arca dan batu-batu bersejarah oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab.
Menurut juru rawat pundhen, yang akrab disapa Mas Agus, di tempat ini banyak sekali penampakan kerbau-kerbau yang oleh masyarakat disebut Kebondanu. Kebondanu adalah sosok kerbau misterius yang masih erat hubungannya dengan keraton Mataram. Suatu keanehan yang mungkin sulit diterima akal sehat adalah masyarakat disini memelihara kerbau tanpa pejantan namun bisa beranak. Hal ini karena adanya sosok Kebondanu yang dipercaya menjadi penyebabnya. Dan jika memelihara kerbau jantan, maka kerbau jantan tersebut akan sakit-sakitan, bahkan bertindak tidak sewajarnya tanpa bisa dikendalikan alias gila. Beberapa warga dan peziarah memang sering melihat penampakan dari kerbau (Kebondanu) ini. Masyarakat disini juga tidak berani memelihara ikan dalam kolam, hal ini dikarenakan seringkali didapati ikan-ikan mengambang diatas air karena kolam dijadikan tempat mandi (gupak) oleh rombongan Kebondanu. Hanya warga yang berjarak agak jauh dari Pundhen inilah yang berani memelihara ikan dalam kolam.
Jika kita naik ke atas Gunung Reco, kita harus berjalan dari sisi utara gunung dan sedikit membutuhkan tenaga ekstra untuk mencapai puncaknya. Dipuncak inilah terdapat patung-patung arca (reco) Budha yang sekarang hanya tinggal bekas-bekas cerita, karena patung-patung tersebut juga dicuri dan dijual hingga habis. Namun, tepat dipuncak gunung Reco ini terdapat patok atau Tanggulasi  bertanda BW 83 dan bertuliskan VOC. Patok ini dibuat pada zaman Belanda untuk menandai bahwa ditempat ini terdapat sesuatu.
Mengapa sesuatu ?
Mengapa jumlahnya tidak hanya satu ?
Mengapa Patok ini juga ditemukan lagi disebelah utara +- 500 m dari gunung ini, tepatnya di petilasan Joko Tarub ?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang sangat mengganggu fikiran saya. Mungkinkah di setiap tanda-tanda ini menyimpan sesuatu misteri ?
Menurut masyarakat, memang di Gunung ini selain sebagai situs Arca Budha juga ditemukan Intan / emas. Yang menurut cerita emas/ Intan ini dahulunya sebagai tumbal agar gunung ini tidak meletus. (mirip dengan cerita Gunung Lawu). Sehingga tak heran jika hingga sekarang banyak peziarah ditempat ini yang berburu intan tersebut. Jika kita berjalan ke timur dari puncak yang berpatok BW 83 tersebut, terdapat dua buah batu besar yang jika kita naik ke atas batu tersebut kita bisa melihat pemandangan yang menakjubkan.
Saya yang mengunjungi tempat inipun merasa takjub akan kekayaan budaya lokal nenek moyang kita. Tetapi sayang, banyaknya arca yang seharusnya menjadikan destinasi dan bukti sejarah bagi anak cucu kita justru diperjualbelikan oleh oknum yang tak bertanggung jawab.
Berikut adalah Video Situs gunung reco di Kasreman Ngawi.

Jangan lupa berikan like dan komentar anda, sebagai masukan agar kami terus dapat membangun blog ini dan mengangkat lokasi-lokasi lainnya agar anak cucu kita kelak mengetahui sejarah.

Situs Gunung Reco
Pundhen Mbah Budha Kasreman
Kebondanu
Asal-usul Gunung Reco
Kasreman Ngawi
Kecamatan Kasreman
Misteri Intan  Pusaka Gunung Reco


Cara membuat stiker buatan sendiri di Whatsapp

Whatsapp memang menjadi media sosial sekaligus aplikasi untuk berkomunikasi yang populer saat ini. Berbagai fitur fasilitas yang lengkap membuat aplikasi ini sangat digemari oleh seluruh pengguna smart phone. Salah satu fasilitas terbarunya adalah kita bisa menyisipkan atau mengirim stiker. Uniknya lagi, kita bisa membuat stiker itu sendiri untuk kita kirimkan kepada keluarga atau teman-teman kita. Kita juga bisa membuat foto kita atau gambar dan tulisan sesuka kita untuk dijadikan stiker dan dikirim lewat whatsapp. Berikut ini contohnya :


Keren kan ?
Anda juga dapat membagikan stiker anda lewat grop anda. Nah, Bagaimana caranya agar kita bisa membuat stiker sendiri di whatsapp ? 
Berikut ini langkah-langkahnya :


  1. Whatsapp anda harus dalam versi terbaru, kalau masih lawas silahkan di update
  2. Buat gambar atau stiker anda menggunakan aplikasi editing foto/ gambar. Misalkan, Photoshop, coreldraw atau lainnya. (berlatar belakang transparan lebih bagus dan nampak hidup). Lalu jangan lupa gambar/ foto tersebut simpan (save) dalam format .png
  3. Download aplikasi personal stiker for whatsapp ( Stiker Pribadi untuk whatsapp )
  4. Buka aplikasi Personal Stiker for Whatsapp
  5. Pilih titik tiga pada layar kanan atas
  6. Pilih Buat Paket Stiker
  7. Pilih minimal 3 gambar stiker (berformat .png) yang anda buat sebelumnya, lalu cetang
  8. Pilih tambahkan ke whatsapp
  9. Terakhir, buka whatsapp anda dan stiker buatan anda sudah ada disitu.

Mudah bukan ? Masih bingung ? 
berikut silahkan simak gambar aplikasi personal stiker whatsapp nya.
 


sekarang anda dapat membuat stiker-stiker menarik dan chat anda dengan teman-teman anda berasa lebih fresh. Jangan lupa klik like dan berikan komentar anda pada kolom komentar di bawah.



Misteri Watu Lawang “Batu Aneh” di Desa Dero Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi



Watu yang dalam bahasa Indonesia berarti Batu, dan Lawang yang berarti Pintu merupakan salah satu tempat yang dianggap mempunyai kekuatan mistis bagi warga sekitar. Watu Lawang merupakan dua buah batu besar yang terletak di Desa Dero, tepatnya Dero Lor atau sebelah selatan Waduk Pondok Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.
Tempat ini sudah ada sejak jaman dahulu, yang menurut warga sekitar sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang. Batu yang terbentuk ini merupakan pintu ghaib menuju Gunung Pandan. Beberapa orang bahkan mempunyai kepercayaan bahwa tempat ini menyimpan berbagai tuah. Diantaranya, untuk penglarisan, kelancaran usaha dan sebagainya. Hal ini bisa dilihat dari bekas bunga yang digunakan untuk nyekar di tempat ini. Kami sempat bertanya kepada pencari rumput yang kebetulan berada dilokasi ini. Menurutnya, barang siapa mempunyai niatan jelek atau tidak sopan di tempat ini maka tidak bisa untuk melewati/ melintas dan berjalan di antara dua batu tersebut. Suasana yang sepi menambah rasa angker di tempat ini. Bahkan, anak-anak kecil dilarang untuk bermain-main di tempat ini karena menurut mitos si anak akan kesurupan ataupun hilang di bawa makhluk ghaib.
Untuk menuju lokasi ini, kita dapat melewati jalan Dusun Kaliwangon, Desa Dero lurus ke arah utara. Namun, akses jalan tidak dapat dilewati dengan sepeda motor. Kita harus berjalan kaki menyusuri pinggiran sungai anak bendungan Waduk Pondok. Setelah anda berjalan kaki sekitar 1 km, maka nampak dari kejauhan Pohon rimbun yang tumbuh di atas watu (batu) ini. Memang pada zaman dahulu lokasi ini berada di antara hutan lebat. Namun, sekarang pohon-pohon yang menutupinya sudah tidak ada.
Dari lokasi Watu Lawang ini, jika kita berjalan lurus ke arah utara maka kita akan bertemu dengan Sendang atau Beji yang merupakan sumber mata air keramat di area Waduk Pondok. Pemandangan di sekitar lokasi ini cukup lumayan bagus dan kita juga bisa membawa peralatan memancing untuk sekedar melampiaskan hobi di sungai dekat Watu Lawang.
Semoga informasi ini dapat menambah wawasan dan menjadi alternatif kunjungan wisata anda. Berikan like dan komentar tentang Watu Lawang ini di kolom komentar. Jangan lupa share jika informasi ini bermanfaat dan menambah wawasan anda.
Berikut adalah Video Misteri Watu Lawang :



Anehnya,.. Situs Budaya Asem Legi di Karangjati, Ngawi





Lokasi situs Asem Legi berada di wilayah BKPH Rejuno pada petak 102e dengan luas 2,4 ha kelas Hutan LDTI . Atau berada di sebelah utara Kantor Desa Rejuno. Desa Rejuno termasuk dalam wilayah Kecamatan Karangjati Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Untuk mencapai Desa Rejuno atau situs Asem Legi ini anda dapat melalui Rute Jalan Raya Ngawi-Caruban dan setelah sampai pada Pasar Legundi (beberapa orang menyebutnya Pasar Pahing Karangjati), berbelok ke arah utara hingga anda akan bertemu dengan Pos Penjagaan Perhutani. Nah, sesampai pada Pos Perhutani, berbelok kea rah timur 100 m. Di situlah lokasi situs Asem Legi. Jika anda bingung, anda dapat menanyakan pada warga setempat. Untuk akses jalan cukup lumayan bagus, karena kondisi jalan sudah beraspal.

Mengenai asal-usul atau sejarah situs Asem Legi ini mempunyai beberapa versi. Namun, pada intinya sama. Bahwa, di tempat inilah sang Harjuna melepaskan anak panah kepada Raja Raksasa (Buto), karena raksasa tersebut sedang mencari korban untuk dimakan. Panah Sang Harjuna yang memanah Raksasa Buto tersebut beberapa mengenai daun Jati (Pohon Jati Jawa) yang menyebabkan daun-daun jati tersebut berlubang. Hingga kini, jenis pohon jati tersebut pasti berlubang daunnya walaupun daunnnya masih kecil. Pohon Jati dengan daun berlubang ini oleh masarakat sekitar disebut Jati Arjuno ( Jati Harjuno). Keberadaan Pohon Jati Arjuno ini sekarang hanya tinggal beberapa pohon saja dan tumbuh di wilayah hutan sekitar Kali Gedhe ( Kedung Gedhe ). Di Kedung Gedhe inilah sang Raksasa Buto yang saat itu sedang berkaca di sungai ( Ngilo = bahasa jawa ), sehingga tempat Ngilo/ berkaca ini disebut Dung lo.
Setelah dipanah berkali-kali oleh Harjuno, sang Raksasa Buto akhirnya terkena anak panah tepat di punggungnya tetapi tidak menancap dalam, darah menetes dan berceceran di tanah. Sang Raksasa Buto meraung dan berlari dengan kondisi terpanah. Sepanjang jalan darah menetes tersebut akhirnya menjadi cikal bakal daerah Lemah Abang. Sang Raksasa Buto juga mempunyai kesaktian yang luar biasa dan tidak mudah untuk mati begitu saja.
Sang Harjuna terus memburu Raksasa tersebut dan mengejarnya sambil terus melepas anak panahnya. Beberapa anak panah meleset dan mengenai batu padas. Batu yang terkena panah Arjuna seketika pecah karena kesaktiannya. Tempat tersebut kemudian dinamakan Padas Pecah. Tidak mudah memang untuk membunuh Raksasa Buto, hingga sang Harjuno pun berfikir dengan cara apa lagi untuk membunuh Raksasa Buto ini. Tempat berfikir (Nggalih = jawa) tersebut kemudian menjadi wilayah Sumber Galih. 
Singkat cerita, Raksasa Buto tersebut dapat terbunuh dan mati saat istirahat karena kecapekan akibat terus dikejar-kejar oleh Harjuna. Saat istirahat berbaring inilah sang Raksasa Buto di panah tepat dan akhirnya sang Raksasa pun mati. Tempat terbunuhnya Raksasa Buto ini oleh masyarakat disebut sebagai wilayah Desa Klino yang berasal dari kata (bahasa jawa) Lino / Leno = Mati / tidak waspada.

Demikianlah, sejarah / asal-usul Asem Legi Desa Rejuno. Memang menurut penuturan warga, dahulu setiap orang jahat dan sakti berbadan besar itu disebut dengan Buto. Percayakah anda ? semua kami kembalikan kepada anda semua, karena memang tanah jawa ini kaya akan hal-hal mistis. 
Setiap malam jum’at legi tempat ini banyak dikunjungi untuk ngalap berkah. Karena konon, banyak Pusaka yang berada di tempat ini. Sebagian orang beranggapan bahwa, sesuatu yang tidak terlihat itu mustahil dan bohong belaka. Namun, kita harus akui bahwa sesuatu yang tidak terlihat itu adalah memang kekurangan kita. 
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan artikel ini.

Sumber : Penuturan warga sekitar (Ibu Minuk), Pamflet Sejarah Asem Legi

Jangan lupa klik like, bagikan, dan berikan komentar anda pada kolom komentar di bawah. Terima kasih.
Anda juga dapat menonton VIDEO SITUS ASEM LEGI dengan klik di sini.


Galeri Foto Nyadran Bersih Desa Gandri 2017 Kecamatan Pangkur Kab. Ngawi

Tradisi Nyadran atau Bersih Desa adalah tradisi dimana warga desa mendoakan para leluhur desa dan tokoh yang berperan dalam membabat hutan di desa setempat jaman dulu. Tradisi Nyadran ini mengalami pergeseran prosesi dan nilai seiring bertambahnya jaman. Cara memperingatinya pun tiap desa bermacam-macam. Ada yang mengisinya dengan acara tayub, reog, wayang krucil, wayang kulit, dan berbagai kesenian tradisional lainnya sesuai dengan tradisi setempat.
Mungkin beberapa tempat sudah tidak lagi memperingatinya seperti jaman dulu, atau bahkan berubah menjadi tradisi pengajian tahunan atau sejenisnya. Dalam hal ini tergantung dan sesuai dengan kondisi dan kesepakatan oleh warga desa setempat.
Seperti halnya di Desa Gandri Kecamatan Pangkur Kabupaten Ngawi ini, disini mempunyai tradisi unik. Kenapa unik ? karena dijaman yang modern ini mampu mempertahankan nilai tradisi dan adat istiadat ditengah berbagai upaya penggerusan nilai keragaman budaya nusantara. Terlebih lagi di desa ini digelar acara pentas wayang kulit tetapi tanpa sinden. Kenapa ? menurut penuturan warga setempat, Ki Ageng adalah seorang Kyai beragama Islam dari keturunan Majapahit yang sangat alim. Pernah Pagelaran wayang di dalam area Pasarean / makam Ki Ageng tersebut dilengkapi dengan sinden. Tetapi justru sinden tersebut bisu tidak dapat berkata. Untuk ulasan lengkapnya, tunggu di postingan selanjutnya.
Nah, berikut Galeri foto Nyadran/ bersih Desa Gandri pada hari Kamis Kliwon malam Jumat Legi 29 mlm 30 Juni 2017 pada siang hari di Punden "Area Makam Ki Ageng". untuk pagelaran malam harinya (malam jumat legi) kami tidak dapat mendokumentasikannya, dikarenakan kesalahan tekhnis suatu hal. Semoga berkenan.

Galeri Foto Tradisi Nyadran Gandri